Vano (16) merupakan bungsu dari 3 bersaudara. Kakaknya yang pertama Mira (25) baru saja menikah, sedangkan yang satu lagi adalah Viro (16), saudara kembarnya yang lahir 15 menit mendahului dirinya. Dari kecil Viro mempunyai kelainan dengan jantungnya. Kelainan tersebut hanya bisa disembuhkan dengan transplantasi jantung. Karena hal itu orang tua mereka memberikan perhatian lebih pada Viro. Mereka selalu menyuruh Vano untuk menjaga Viro, apapun yang terjadi. Sampai suatu hari Vano merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya. Dia sering mimisan, demam dan panas dingin, mudah lelahan, kadang tanpa sebab yang jelas keluar bintik-bintik merah kebiruan seperti luka lebam pada kulitnya. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, hasilnya dari general chek up pun keluar.
“Dok, aku sakit apa?”tanya Vano penasaran
“Ini cukup berat untuk ditanggung sendiri Vano, kamu harus manggil orang tua kamu….!”kata Dr. Herry
“Nggak usah,dok! Aku kuat kok kalau itu memang yang terburuk! Lagian kasihan mama papa. Dokter tahu kan, mereka sudah kesusahan karena penyakit Viro. Aku nggak mau mereka lebih susah karna mikirin aku!”
“Baiklah…. No, kamu yang sabar, ya! Menurut hasil dari general chek up kamu minggu lalu, kamu sakit ……. “
“Leukemia?!”
“Ya, Leokemia Myelogenous Akut. Dalam keadaan normal sel leukosit, yang dihasilkan oleh sumsum tulang belakang yang memproduksi berbagai blasts yang akan berkembang menjadi sel-sel darah putih yang memerangi infeksi, sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh, atau platelets untuk membantu clotting. Namun, dalam kasus kamu ini kadar sel blast meningkat, sel blast yang merupakan bagian dari darah putih yang sifatnya jahat, sedangkan jumlah sel lainnya berkurang atau sedikit akibat tertekan pembuatannya sel blast yang terus bertambah! tapi!”jelas Dr. Herry
“Nggak papa kok, aku sudah menduganya. Berapa lama waktu yang kupunya dok?”
“Menurut perkiraan medis kurang lebih 4 bulan, tapi masih ada kemungkinan kamu bisa sembuh dengan pengobatan yang rutin berupa kemoterapi, transplantasi sum-sum tulang atau sel batang yang diambil dari darah tali pusat sewaktu dilahirkan.”
“Tapi nggak ada jaminan aku bisa sembuh normal kan, dok! Walaupun ada, paling cuma beberapa persen saja!”
“Itu memang benar, kemungkina berhasil cuma ada 25%. Tapi tidak ada salahnya kita mencobanya.”
“Aku lebih milih menghabiskan hidupku dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, daripada aku harus menggantungkan hidupku pada suatu hal yang belum tentu terjadi.”
“Kalau memang begitu maumu….., keputusan akhir ada pada kamu, Van. Aku hanya bisa menyarankan saja.”
“Dok, aku boleh minta tolong sesuatu nggak?” Dr. Herry mengangguk. “Jangan beri tahu hal ini pada keluargaku. Ini adalah rahasia kita! Oke….”lanjut Van
“Baiklah Vano. Kalau itu yang kamu mau. Ini obat yang harus kamu minum dengan teratur . Walaupun hanya sedikit, tapi setidaknya bisa sedikit membantu menghambat perkembangan penyakitmu. Sebulan sekali kamu harus chek up untuk melihat perkembangan penyakitmu.”
*********************************************
Vano duduk bengong di halaman belakang rumahnya sambil memegangi laptop apple yang udah dimodivikasi miliknya. Tiba-tiba Viro muncul.
“No, lu ngapain. Bengong gitu ntar kesambet low!”kata Viro membangunkan Vano dari lamunannya
“Ah, nggak kok …. Eh, lu udah dapet tugas biologi?”
“Ow, yg suruh nyari’ bahan presentasi tentang Bakteri? Kalo’ itu, gue belum ngerjain!”
“Cari bareng yuk! Dari internet aja biar cepet dapet!”
“Ya udah, aku ambil laptop di kamar dulu zaw!” kata Viro sambil lari ke kamarnya. Tak beberapa lama kemudian mereka sudah selesai ngerjain
“Gimana No, lu udah dapet?” Tanya Viro sambil asik YMan
“Aku sih udah dari tadi. lu sendiri bukannya nyarik malah asik YMan!”
“No, lu kenapa, sakit? Tuh, kaya’nya idung lu berdarah deh!” kata Viro panik
“Heh, berdarah?” Vano yang mulai menyadari darah segar keluar dari idungnya, langsung menyerbu tissue yang ada di depannya
“Lu nggak pa2, banyak banget gitu sampe’ hampir abis sekotak tissue!”
“Ah, nggak pa2 kok! Udah biasa!”
“Akhir2 ini gue pratiin lu sering banget mimisan, sampe’ pucet gitu. Kayaknya lu juga kliatan cape’. Lu dah priksa ke Dokter?”
“Udah, kata dokter Cuma anemia biasa kok!”
“Kalian ngapain sih?” terdengar suara kak Mira mengagetkan mereka. “Astaga, Vano kamu kenapa? Kok pucet banget gitu? Kamu mimisan?” kata kak Mira yang panic begitu melihat tissue yang penuh darah berserakan di lantai
“Nggak pa2 kok kak. Cuma mimisan biasa kok!” kata Vano sambil berdiri dari tempat duduknya dan bertujuan untuk membereskan tissue yang berserakan di lantai. Tapi tiba2 Vano terjatuh dan hampir terbentur lantai jika tangan kak Mira yang sigap tidak menangkap tubuh Vano.
“Vano, kamu kenapa?” kak Mira semakin panic melihat keadaan Vano
“Vano Cuma sedikit lemas kok!”kata Vano lemah
“Udah kak, kita bawa ke kamar aja!” kata Viro yang tidak kalah cemas dengan kak Mira
“Ya udah. Biar kakak aja yang bawa Vano, kamu udah di tunggu mama buat ke RS!”
“Oh iya, aku lupa. Eh, gimana kalo Vano sekalian ikut ke RS?”
“Udahlah, Ro. Aku nggak pa2, paling Cuma anemia biasa! Minum obat tambah darah juga sembuh! Udah sana, kasihan mama nungguin kamu!” jawab Vano
“Kalo’ gitu aku berangkat dulu!”
Sampai di kamar, kak Mira kaget melihat botol2 obat berjejer dengan angkuh di atas meja belajar Vano. “No bilang sama kakak kamu sakit apa, kok banyak banget obat disini!” kata kak Mira sedikit memaksa
“Nggak kok kak, itu cuma obat tambah darah.”
“Kamu jangan bohong saying. Walau Cuma sedikit, kakak tau obat – obat anemia biasa. Kamu lupa kakak dulu kan ngambil jurusan kedokteran. Coba cerita ke kakak kamu sakit apa?”
Vano menghela nafas, kemudian dia menjelaskan kejadian beberapa minggu yang lalu “Sebenarnya beberapa minggu yang lalu aku coba periksa ke Dr. Herry, karena belakangan ini aku merasa ada yang nggak beres dengan keadaanku. Hasilnya adalah sesuatu yang sudahku duga sebelumnya. Aku sakit Leokemia.” Jelas Vano
Kak Mira terdiam sejenak, dia merasa seperti ada petir di siang hari yng menyambarnya. “Nggak mungkin Vano, kenapa harus kamu! Kamu kan nggak kenapa-napa! Kenapa harus kamu sayang?” kata kak Mira sambil meneteskan air mata
“Sudahlah, kakak jangan ngomong begitu lagi! Ini memang sudah takdir Vano! Vano nggak mau ngasih tahu ke kalian karena Vano nggak mau kalian lebih repot dari sekarang. Vano juga nggak ikut kemo karma hal itu! Jadi kakak janji sama Vano jangan bilang mama, papa, apalagi Viro. Vano nggak mau buat mereka cemas!”
************************************
Pagi hari di ruang makan…
“Vano, bangun, Viro udah nunggu tuh! Kasihan kalo nunggu lama!” teriak mama sambil nyiapin hidangan makan pagi
“Ya ma, Vano udah siap kok!” teriak Vano yang baru saja keluar kamarnya dengan mengenakan seragam khas SMAN 1
“Makanannya sudah mama siapin, cepet makan!” Mama dengan telatennya ngambilin semua makanan untuk Viro, dan malah ngacuhin Vano. Vano udah terbisa dengan hal itu. Kak Mira hanya bisa melihat semua itu tanpa bisa berkata apa pun. “Viro, makanannya harus habis supaya kamu berenergi.”
“Vano udah selesai. Vir, Vano tunggu di mobil ya!” kata Vano yang hanya makan beberapa suap. Memang akhir2 ini nafsu makan Vano mulai hilang. Vano menyadari, mungkin itu karma, Vano juga kelihatan semakin kurus, karena baju seragam yang biasanya pas dia gunakan menjadi kebesaran di tubuhnya.
“ Vano kok nggak di habisin!” kata kak Mira
“Nggak kak, Vano dah kenyang!” jawab Vano sambil menuju Honda jass silver miliknya.
************************************
Dikelas XIA-1, Vano duduk sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit pening.
“No, lu pucet banget. Lu sakit?” Tanya rian temen sebangkunya
“Nggak pa2 kok! Cuma kurang tidur, tadi malem aku begadang!” dusta Vano
Nggak terasa bell tanda pelajaran berakhir sudah berbunyi. Tanpa menunggu lama anak2 SMAN 1 segera berhambur keluar kelas. Vano yang lagi nunggu Viro di parkiran tiba2 merasakan tetesan darah segar keluar dari hidungnya. “Sial banget sih, pake mimisan segala.” Vano langsung menyekanya dengan tissue. Tidak lama kemudian Viro muncul.
“No, lu mimisn lagi! Lu nggak papa kan? Biar gue yang nyetir!” kata Viro sedikit panic
“Jangan Ro, nanti malah dimarahi mama!”
“Udah, nggak pa2 kok! Nanti biar aku yang jelasin!”
Akhirnya Viro yang ngemudiin mobil. Sampai rumah, bener dugaan Vano, mamanya langsung marah mengetahui Viro yang mengemudikan mobil.
“Vano, kenapa kamu nyuruh Viro yang nyetir? Kamu kan tau kalau Viro ngggak boleh terlalu cape’!” omel mama pada Vano
“Ma, tadi Vano nggak enak badan,. Daripada ada apa-apa di jalan lebih baik Viro yang nyetir!” jelas Viro membela adiknya
“Udah Viro, nggak usah belain adik kamu! Cepat ganti baju trus makan siang setelah itu kamu harus istirahat! Kamu juga Vano, untuk kali ini mama maafin, jangan diulangi lagi! Sudah cepat ganti baju lalu makan siang!”
Senin pagi, Vano dan Viro sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Tapi pagi itu mobil Vano tiba2 mogok. Akhirnya mereka berangkat bareng kak Rudy suami kak Mira.
SMAN 1 setelah Upacara bendera,
“Bro, kok kepala gue rasanya pening!” kata Vano pada teman2nya
“Lu nggak pa2, pucat gitu!” kata Gusti salah satu teman dekatnya
“Vano, kakak lu kumat!” teriak Ferry anak XIA-3 teman sekelas Viro
Mendengar berita itu kontan Vano lari ke XIA-3 tanpa mempedulikan kepalanya yang masih terasa pening. Vano menggendong Viro yang pingsan dan membawanya lari ke gerbang depan buat nyari taxi. “Kenapa nggak naek mobil?” Tanya boy
“Mobil gue masih di bengkel”
“Pake’ mobil gue aja!”
“Nggak usah, nanti malah kelamaan. Lu urus surat dispen buat gue ma Viro aja, gue naik taxi aja!”
Sampai di gerbang pak Uky, satpam SMAN 1 yang sudah faham keadaan Viro segera membuka pintu gerbang. Beruntung. Begitu gerbang terbuka langsung ada taxi. Dalam perjalanan Vano menghubungi keluarganya. Sampai di RS Dr. Herry dan suster Emi yang udah biasa menangani Viro dan Vano segera menyambut mereka. Viro langsung dibawa ke IGD. Tidak berapa lama keluarganya dateng. Setelah mendapat penjelasan dari Dr. Herry mamanya langsung menampar Vano sambil berkata “Kamu ini, mama sudah bilang, jaga kakak kamu baik2. Tapi apa yang kamu lakukan. Kamu mau kakak kamu mati?”
“Maafin Vano, ma!”
Tiba2 Viro sadar. Mama, Viro … Viro nggak…..apa2. Mama….jangan marahi… Vano lagi.”
“Iya sayang, mama nggak marah kok!”
“Ro, lu tenang aja gue yakin bentar lagi pasti akan ada orang yang donorin jantung buat lu. Lu akan sembuh, Ro!”
“Moga aja No, kalo gue….. sembuh, lu….. mau nggak janji…..ngajak gue……climbing…..kita maen ke…… semua tempat…….. yang udah lu datengin?” kata Viro sedikit sesak. Vano yang menyadari bahwa dia nggak mungkin nepatin janji itu hanya tersenyum kecut. Dr. Herry dateng buat meriksa Viro. Mama dan Vano keluar dari ruangan Viro.
“No, apa maksud kamu Viro akan dapat donor jantung?” Tanya mama tak mengerti apa yang dimaksud Vano tadi.
“Yah, rencananya Vano mau donorin jantung Vano buat Viro. Kasihan Viro sudah terlalu lama dia menderita!” kata Vano dengan tenangnya
“Vano, kamu ini ngomong apa sih? Disaat seperti ini malah bercanda! Harusnya kamu juga mengkhawatirkan kakak kamu, bukannya berkata hal yang tidak mungkin seperti itu……” mama mulai memarahi Vano lagi. Vano hanya berdiri sambil melihat Viro dari jendela kaca, sambil memikirkan niatnya yang sudah matang untuk mendonorkan jantungnya untuk Viro yang keadaannya sudah tidak memungkinkan lagi. Tiba2 kak Mira memotong pembicaraan mama dan menghampiri Vano. Tanpa disadari Vano, darah segar kembali mengalir dari hidungnya dan kemudian “Gedebug”. Vano jatuh pingsan. Kontan mama, papa, kak Mira dan kak Rudy kaget. Mereka langsung menghampiri Vano. Kak rudi segera memanggil dokter untuk menolong Vano. Vano langsung dibawa ke IGD mama dan papa yang nggak tahu penyakit Vano bingung.
“Mama udah puas. Mama ngggak tau kan kalo selama ini Vano sakit. Jangankan tau, memikirkan Vano saja mama nggak pernah! Yang ada dalam pikiran mama hanya Viro saja. Anak mama bukan hanya Viro, Vano juga masih membutuhka perhatian mama. Selama ini Vano diam karna dia tidak mau kalian tambah cemas. Mama juga nggak tau kan kalo Vano benar-benar berniat untuk mendonorkan jantungnya pada Viro!” kak Mira berkata sambil menangis, kemudian kak rudy memeluknya
Tak lama kemudian Dr. Herry keluar dan memberi tahu keadaan Vino “Terjadi pembengkakan pada beberapa organ dalam Vano, terutama pada limfa. Kami sudah berusaha, tapi kita hanya bisa menanti mukjizat!”mendengar penjelasan Dr. herry mama dan kak Mria Histeris.
Setelah hampir 8 jam tdk sdarkan diri, akhirnya Vano sadar. Mama segera memeluk tubuh Vano yang berusaha bangkit dari pembaringannya.” Vano jangan bangun dulu sayang. Maafin mama ya, mama bukan mama yang baik buat Vano.”
“Mama jangan bilang begitu. Mama adalah mama terbaik buat Vano. Ma, gimana keadaan Viro?”
“Viro udah baikan, dia nyariin kamu terus.”
“Ma, Vano mau ketemu Viro, mungkin ini yang terakhir. Boleh ya!”
“Vano bicara apa sih! Kamu pasti bisa sembuh kok, mama yakin!”
“Udahlah ma nggak usah hibur Vano. Saat ini Vano Cuma mau ketemu Viro kok!”
“Baiklah mama panggilin dokter!”
Setelah ganti pakaian, Vano langsung ke kamar Viro. Mereka saling melepas kangem dan ngobrol. Sampai akhirnya Viro ketiduran. Setelah itu Vano kembali ke ruangannya. Tapi tiba2 Vano tumbang, syukurlah saat itu Vano bersama Dr. Herry yang dengan sigap menangkap tubuhnya. Untuk waktu yang lama Vano tak sadarkan diri. Kemudian Vano berangsur mulai sadar. Vano memanggil mamanya.
“Vano……. nggak kuat……………. lagi, ma! Maafin Vano, …………..Vano bukan ………….anak yang baik. Vano sering bikin………….. mama marah.Vano……………. juga minta maaf………….. sama yang……….. lain. Vano udah…………….. banyak berbuat ……….salah.” Setelah berkata demikian tiba2 Vano pingsan perawat memasang monitor jantung pada tubuh Vano. Tapi detak jantung Vano semakin melemah. Dokter Herry berkata bahwa kemungkinan Vano selamat sangat kecil. Akhirnya dengan berat hati keluarga Vano mengabulkan permintan terakhir Vano buat donorin jantungnya.
*******************************************************
Operasinya berhasil, tapi keadaan Viro masih kritis……
Beberapa hari setelah pemakaman Vano, Viro mulai sadar dan keadaannya membaik
“Kak, Vano mana? Aku kangen banget nih!” Tanya Firo pada kak Mira
“Vano lagi sibuk ngurusin persiapan buat climbing!”
“Kakak, tau nggak! Semalam, aku mimpi Vano ngajak aku ke semua tempat yang sering dia datengin. Indah banget. Aku jadi nggak sabar nunggu Vano ngajak aku kesana!” kata Viro penuh harap. Tapi sayang harapan itu tak akan pernah terkabul…..
Udah beberapa minggu Viro di rawat sejak operasi, kini keadaan Viro sudah membaik. Dan Viro sudah diizinkan pulang.
“Ma, Vano mana kok nggak ikut jemput aku sih?”
“Vano nunggu di rumah!”
“Ma, belakangan ini aku merasa ada yang hilang dari diriku deh, perasaanku jadi nggak enak!” Mama hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Viro, dia sudah tidak bisa berkata apapun lagi.
Sesampainya di rumah……..
“Mana Vano?” Tanya Viro yang udah nggak sabar bertemu dengan adik kembarnya. Tapi tak seorang pun menjawab pertanyaannya. Mama hanya menitikkan air mata. Viro yang bingung dengan kejadian itu merasa sesuatu telah terjadi sama Vano. “Kak, jawab Viro. Kenapa semunya diam?”
“Viro, tenang dulu sayang. Kamu harus sabar. Vano udah nggak ada. Vano udah tenang sekarang!” kata Kak Mira
“Maksud kakak? Nggak mungkin, Vano pasti sembunyi, kalian pasti lagi ngerjain aku!” Viro mencari Vano di setiap ruangan, sambil memanggil namanya.
“Udah Vir, kamu harus sabar!” kak Mira berusaha nenangin Viro yang histeris. “Vano sakit leukemia, dia nggak pernah cerita karna dia nggak mau kita tambah cemas.”
“Nggak mungkin, kak. Selama ini Vano kan baik2 aja!”
“Tidak, Ro, Kita sering liat Vano mimisan, tiba2 lemas, bahkan nggak jarang dia hampir pingsan!” kata kak Mira menerawang ke kejadian2 beberapa bulan yang lalu.
Viro hampir tumbang mendengar kenyataan yang telah terjadi. “Kak tolong anter aku ke makamnya Vano. Aku ingin bicara sesuatu sama dia!” kata Viro setelah dia mulai bisa menguasai dirinya
Sampai dimakam, setelah berdoa dan menaburkan bunga di atas makam Vano yang masih merah kak Mira ninggalin Viro sendirian.
“No, lu udah janji kan mau ngajak gue buat maen ke semua tempat yang udah lu datengin bareng temen2………. Gue tau lu udah ngajak gue, tapi gue nggak mau kalau itu cumin sekedar hayalan, gue mau yang nyata! Lu curang ninggalin gue duluan! Kita lahir bareng, harusnya mati juga bareng. Tapi lu malah duluin gue! Lu tau nggak, temen gue pernah Tanya ke gue lu tu kakak ato adek gue. Gue jawab kalo lu adek gue karna gue yang lahir duluan, tapi dia malah ketawa. Katanya kalo anak kembar itu yang lahir belakangan itu adalah kakak karna dia ngindungin adeknya agar bias lahir dengan selamat! Gue belum sempet ngucapin makasih karma lu slalu jag ague dari gue lahir sampe’ gue sebesar ini, tpi sekarang lu malah beriin jantung lu ke gue!.............” Viro terus bicara tanpa menyadari kalau hari udah mulai sore. Kak Mira yang khawatir segera jemput Viro di makam. Awalnya Viro bersikeras tinggal buat nemenin Vano, tapi akhirnya dia mau pulang juga setelah di bujuk2.
****************************************
Setahun setelah kepergian Vano, Viro udah masuk perguruan tinggi dan mengambil jurusan kedokteran, dia nggak ingin ada orang yang merasakan kesedihan dan kekecewaan akibat kehilangan seseorang yang sangat nerharga seperti dirinya dulu. Kak Mira juga udah punya anak cowok, namanya Kevin. Mama papa juga sama bahagianya dengan kak Mira dan Viro, tapi di tengah kebahagiaan mereka, mereka sadar Vino akan selalu berada diantara mereka.
0 komentar:
Posting Komentar