Weis, lama ga ngeblog nih..
Tau nggak, hari ini bangku depan gue. yup, pasangan baru ISSAC NEWTON "Ryan Nurdianto VS Yuniar Safitri".
Lucu loh pacarannya. Gue aja ngiri, pengen pacaran kayak gitu. Tapi sayang si Ryan kurang romantis. Coba kalau lebih romantis, beh.. dijamin gue tambah ngiri.
Btw, Kak Pin tutup akun lagi. Knapa ya, tuh anak labil banget. Tapi kasian juga kalo inget curhat-curhat dia dulu *nih guru fisika curcol ya?*. Gue jadi kangen sama tuh anak. Bagaimana pun, dia kan asik diajak ngobrol.
Ngomongin Kak Pin ga akan enak kalo ga sekalian ngomongin Kak Uwi sama Kak Ra. "KAK RA GUE KANGEEEENNN!!!" *apa coba*. "KAK UWI< GUE MASIH MARAH SAMA LO". Jun 1000x lebih cakep daripada lo, inget itu.
WEs, cukup ngerandomin D'AVCOZ. now balik lagi ke "BANGKU DEPAN". Okke Yan, bagus.. lo mulai agresif. tapi kurang romantis *apa deh*.
Eh, eh, eh.. ngapain tuh "TETANGGA SEBELAH"? kasian nih guru Fisika. masak tuh tetangga sebelah malah ngePES -..-"
***
Sip, Agama kosong BI kososng..
udah ya, gue seneng" dulu :P
Selasa, 20 September 2011
Senin, 22 Agustus 2011
Kakak dan Adik
Kakak dan Adik
Aku dilahirkan di sebuah dusun
pegunungan yang sangat terpencil .
Hari demi hari , orang tuaku membajak
tanah kering kuning , dan punggung
mereka menghadap ke langit . Aku
mempunyai seorang adik , tiga tahun
lebih muda dariku .
Suatu ketika, untuk membeli sebuah
sapu tangan yang mana semua gadis
di sekelilingku kelihatannya
membawanya , aku mencuri lima puluh
sen dari laci ayahku . Ayah segera
menyadarinya . Beliau membuat adikku
dan diriku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di
tangannya .
"Siapa yang mencuri uang itu ?" Beliau
bertanya .Aku terpaku, terlalu takut
untuk berbicara. Ayah tidak mendengar
siapa pun mengaku, jadi Beliau
mengatakan , " Baiklah , kalau begitu ,
kalian berdua layak dipukul!" Dia
mengangkat tongkat bambu itu tingi-
tinggi .Tiba- tiba, adikku mencengkeram
tangannya dan berkata, "Ayah , aku
yang melakukannya !
"Tongkat panjang itu menghantam
punggung adikku bertubi -tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai
Beliau kehabisan nafas . Sesudahnya,
Beliau duduk di atas ranjang batu bata
kami dan memarahi , " Kamu sudah
belajar mencuri dari rumah sekarang ,
hal memalukan apa lagi yang akan
kamu lakukan di masa mendatang? . ..
Kamu layak dipukul sampai mati!
Kamu pencuri tidak tahu malu !
"Malam itu , ibu dan aku memeluk
adikku dalam pelukan kami . Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak
menitikkan air mata setetes pun.Di
pertengahan malam itu , saya tiba-tiba
mulai menangis meraung -
raung.Adikku menutup mulutku
dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak , jangan menangis lagi sekarang .
Semuanya sudah terjadi." Aku masih
selalu membenci diriku karena tidak
memiliki cukup keberanian untuk maju
mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat , tapi
insiden tersebut masih kelihatan
seperti baru kemarin. Aku tidak pernah
akan lupa tampang adikku ketika ia
melindungiku. Waktu itu , adikku
berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika
adikku berada pada tahun terakhirnya
di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di
pusat kabupaten . Pada saat yang
sama , saya diterima untuk masuk ke
sebuah universitas propinsi . Malam itu ,
ayah berjongkok di
halaman ,menghisap rokok
tembakaunya, bungkus demi bungkus .
Saya mendengarnya merengut, " Kedua
anak kita memberikan hasil yang
begitu baik... hasil yang begitu
baik.. ."Ibu mengusap air matanya yang
mengalir dan menghela nafas , "Apa
gunanya ?Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus ?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke
hadapan ayah dan berkata, "Ayah ,saya
tidak mau melanjutkan sekolah lagi ,
telah cukup membaca banyak
buku ."Ayah mengayunkan tangannya
dan memukul adikku pada
wajahnya." Mengapa kau mempunyai
jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti
mengemis di jalanan , saya akan
menyekolahkan kamu berdua sampai
selesai!" Dan begitu kemudian ia
mengetuk setiap rumah di dusun itu
untuk meminjam uang . Aku
menjulurkan tanganku selembut yang
aku bisa ke muka adikku yang
membengkak, dan berkata, "Seorang
anak laki -laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan
pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini. "Aku, sebaliknya, telah
memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas .
Siapa sangka keesokan harinya,
sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan
beberapa helai pakaian lusuh dan
sedikit kacang yang sudah mengering .
Dia menyelinap ke samping ranjangku
dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku :"Kak , masuk ke universitas
tidaklah mudah . Saya akan pergi
mencari kerja dan mengirimkanmu
uang ."Aku memegang kertas tersebut
di atas tempat tidurku , dan menangis
dengan air mata bercucuran sampai
suaraku hilang .
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun . Aku
20.Dengan uang yang ayahku pinjam
dari seluruh dusun, dan uang yang
adikku hasilkan dari mengangkut
semen pada punggungnya di lokasi
konstruksi, aku akhirnya sampai ke
tahun ketiga (di universitas ) .
Suatu hari, aku sedang belajar di
kamarku , ketika teman sekamarku
masuk dan memberitahukan, " Ada
seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!" Mengapa
ada seorang penduduk dusun
mencariku ?Aku berjalan keluar, dan
melihat adikku dari jauh , seluruh
badannya kotor tertutup debu semen
dan pasir . Aku menanyakannya ,
"Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kamu adalah
adikku?"Dia menjawab , tersenyum ,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa
yang akan mereka pikir jika mereka
tahu saya adalah adikmu? Apa mereka
tidak akan menertawakanmu ? " Aku
merasa tersentuh, dan air mata
memenuhi mataku. Aku menyapu
debu -debu dari adikku semuanya, dan
tersekat-sekat dalam kata- kataku, "Aku
tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun
penampilanmu. ..
"Dari sakunya, ia mengeluarkan
sebuah jepit rambut berbentuk kupu -
kupu . Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan , "Saya melihat
semua gadis kota memakainya . Jadi
saya pikir kamu juga harus memiliki
satu." Aku tidak dapat menahan diri
lebih lama lagi . Aku menarik adikku ke
dalam pelukanku dan menangis dan
menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku
23.
Kali pertama aku membawa pacarku
ke rumah , kaca jendela yang pecah
telah diganti , dan kelihatan bersih di
mana-mana. Setelah pacarku pulang ,
aku menari seperti gadis kecil di depan
ibuku." Bu, ibu tidak perlu
menghabiskan begitu banyak waktu
untuk membersihkan rumah
kita !" Tetapi katanya, sambil tersenyum ,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal
untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada
tangannya ? Ia terluka ketika memasang
kaca jendela baru itu..
"Aku masuk ke dalam ruangan kecil
adikku. Melihat mukanya yang
kurus,seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan membalut
lukanya." Apakah itu sakit?" Aku
menanyakannya ." Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu , ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu- batu berjatuhan pada
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku bekerja dan ..." Di
tengah kalimat itu ia berhenti . Aku
membalikkan tubuhku
memunggunginya ,dan air mata
mengalir deras turun ke wajahku .
Tahun itu, adikku 23 . Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota .
Berkali- kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk
datang dan tinggal bersama kami ,
tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan , sekali
meninggalkan dusun, mereka tidak
akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga ,mengatakan ,
"Kak , jagalah mertuamu aja . Saya akan
menjaga ibu dan ayah disini .
"Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai
manajer pada departemen
pemeliharaan. Tetapi adikku menolak
tawaran tersebut. Ia bersikeras
memulai bekerja sebagai pekerja
reparasi. Suatu hari, adikku diatas
sebuah tangga untuk memperbaiki
sebuah kabel ,ketika ia mendapat
sengatan listrik , dan masuk rumah
sakit. Suamiku dan aku pergi
menjenguknya . Melihat gips putih
pada kakinya , saya menggerutu ,
"Mengapa kamu menolak menjadi
manajer? Manajer tidak akan pernah
harus melakukan sesuatu yang
berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang , luka yang begitu serius .
Mengapa kamu tidak mau mendengar
kami sebelumnya?"Dengan tampang
yang serius pada wajahnya, ia
membela keputusannya ." Pikirkan kakak
ipar-- ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan . Jika
saya menjadi manajer seperti itu, berita
seperti apa yang akan menjadi buah
bibir orang?
"Mata suamiku dipenuhi air mata , dan
kemudian keluar kata- kataku yang
sepatah- sepatah: " Tapi kamu kurang
pendidikan juga karena aku !" Mengapa
membicarakan masa lalu ?"Adikku
menggenggam tanganku. Tahun itu, ia
berusia 26 dan aku 29 .
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia
menikahi seorang gadis petani dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya,
pembawa acara perayaan itu bertanya
kepadanya , " Siapa yang paling kamu
hormati dan kasihi?"Tanpa bahkan
berpikir ia menjawab, "Kakakku ." Ia
melanjutkan dengan menceritakan
kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat .
"Ketika saya pergi sekolah SD , ia
berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah
dan pulang ke rumah . Suatu hari, saya
kehilangan satu dari sarung
tanganku.Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya . Ia hanya memakai
satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika
kami tiba di rumah , tangannya begitu
gemetaran karena cuaca yang begitu
dingin sampai ia tidak dapat
memegang sumpitnya .Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih
hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya . "Tepuk tangan
membanjiri ruangan itu . Semua tamu
memalingkan perhatiannya
kepadaku.Kata -kata begitu susah
kuucapkan keluar bibirku, " Dalam
hidupku, orang yang paling aku
berterima kasih kepadanya adalah
adikku. "Dan dalam kesempatan yang
paling berbahagia ini, di depan
kerumunan perayaan ini, air mata
bercucuran turun dari wajahku seperti
sungai.
Aku dilahirkan di sebuah dusun
pegunungan yang sangat terpencil .
Hari demi hari , orang tuaku membajak
tanah kering kuning , dan punggung
mereka menghadap ke langit . Aku
mempunyai seorang adik , tiga tahun
lebih muda dariku .
Suatu ketika, untuk membeli sebuah
sapu tangan yang mana semua gadis
di sekelilingku kelihatannya
membawanya , aku mencuri lima puluh
sen dari laci ayahku . Ayah segera
menyadarinya . Beliau membuat adikku
dan diriku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di
tangannya .
"Siapa yang mencuri uang itu ?" Beliau
bertanya .Aku terpaku, terlalu takut
untuk berbicara. Ayah tidak mendengar
siapa pun mengaku, jadi Beliau
mengatakan , " Baiklah , kalau begitu ,
kalian berdua layak dipukul!" Dia
mengangkat tongkat bambu itu tingi-
tinggi .Tiba- tiba, adikku mencengkeram
tangannya dan berkata, "Ayah , aku
yang melakukannya !
"Tongkat panjang itu menghantam
punggung adikku bertubi -tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai
Beliau kehabisan nafas . Sesudahnya,
Beliau duduk di atas ranjang batu bata
kami dan memarahi , " Kamu sudah
belajar mencuri dari rumah sekarang ,
hal memalukan apa lagi yang akan
kamu lakukan di masa mendatang? . ..
Kamu layak dipukul sampai mati!
Kamu pencuri tidak tahu malu !
"Malam itu , ibu dan aku memeluk
adikku dalam pelukan kami . Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak
menitikkan air mata setetes pun.Di
pertengahan malam itu , saya tiba-tiba
mulai menangis meraung -
raung.Adikku menutup mulutku
dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak , jangan menangis lagi sekarang .
Semuanya sudah terjadi." Aku masih
selalu membenci diriku karena tidak
memiliki cukup keberanian untuk maju
mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat , tapi
insiden tersebut masih kelihatan
seperti baru kemarin. Aku tidak pernah
akan lupa tampang adikku ketika ia
melindungiku. Waktu itu , adikku
berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika
adikku berada pada tahun terakhirnya
di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di
pusat kabupaten . Pada saat yang
sama , saya diterima untuk masuk ke
sebuah universitas propinsi . Malam itu ,
ayah berjongkok di
halaman ,menghisap rokok
tembakaunya, bungkus demi bungkus .
Saya mendengarnya merengut, " Kedua
anak kita memberikan hasil yang
begitu baik... hasil yang begitu
baik.. ."Ibu mengusap air matanya yang
mengalir dan menghela nafas , "Apa
gunanya ?Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus ?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke
hadapan ayah dan berkata, "Ayah ,saya
tidak mau melanjutkan sekolah lagi ,
telah cukup membaca banyak
buku ."Ayah mengayunkan tangannya
dan memukul adikku pada
wajahnya." Mengapa kau mempunyai
jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti
mengemis di jalanan , saya akan
menyekolahkan kamu berdua sampai
selesai!" Dan begitu kemudian ia
mengetuk setiap rumah di dusun itu
untuk meminjam uang . Aku
menjulurkan tanganku selembut yang
aku bisa ke muka adikku yang
membengkak, dan berkata, "Seorang
anak laki -laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan
pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini. "Aku, sebaliknya, telah
memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas .
Siapa sangka keesokan harinya,
sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan
beberapa helai pakaian lusuh dan
sedikit kacang yang sudah mengering .
Dia menyelinap ke samping ranjangku
dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku :"Kak , masuk ke universitas
tidaklah mudah . Saya akan pergi
mencari kerja dan mengirimkanmu
uang ."Aku memegang kertas tersebut
di atas tempat tidurku , dan menangis
dengan air mata bercucuran sampai
suaraku hilang .
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun . Aku
20.Dengan uang yang ayahku pinjam
dari seluruh dusun, dan uang yang
adikku hasilkan dari mengangkut
semen pada punggungnya di lokasi
konstruksi, aku akhirnya sampai ke
tahun ketiga (di universitas ) .
Suatu hari, aku sedang belajar di
kamarku , ketika teman sekamarku
masuk dan memberitahukan, " Ada
seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!" Mengapa
ada seorang penduduk dusun
mencariku ?Aku berjalan keluar, dan
melihat adikku dari jauh , seluruh
badannya kotor tertutup debu semen
dan pasir . Aku menanyakannya ,
"Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kamu adalah
adikku?"Dia menjawab , tersenyum ,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa
yang akan mereka pikir jika mereka
tahu saya adalah adikmu? Apa mereka
tidak akan menertawakanmu ? " Aku
merasa tersentuh, dan air mata
memenuhi mataku. Aku menyapu
debu -debu dari adikku semuanya, dan
tersekat-sekat dalam kata- kataku, "Aku
tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun
penampilanmu. ..
"Dari sakunya, ia mengeluarkan
sebuah jepit rambut berbentuk kupu -
kupu . Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan , "Saya melihat
semua gadis kota memakainya . Jadi
saya pikir kamu juga harus memiliki
satu." Aku tidak dapat menahan diri
lebih lama lagi . Aku menarik adikku ke
dalam pelukanku dan menangis dan
menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku
23.
Kali pertama aku membawa pacarku
ke rumah , kaca jendela yang pecah
telah diganti , dan kelihatan bersih di
mana-mana. Setelah pacarku pulang ,
aku menari seperti gadis kecil di depan
ibuku." Bu, ibu tidak perlu
menghabiskan begitu banyak waktu
untuk membersihkan rumah
kita !" Tetapi katanya, sambil tersenyum ,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal
untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada
tangannya ? Ia terluka ketika memasang
kaca jendela baru itu..
"Aku masuk ke dalam ruangan kecil
adikku. Melihat mukanya yang
kurus,seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan membalut
lukanya." Apakah itu sakit?" Aku
menanyakannya ." Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu , ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu- batu berjatuhan pada
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku bekerja dan ..." Di
tengah kalimat itu ia berhenti . Aku
membalikkan tubuhku
memunggunginya ,dan air mata
mengalir deras turun ke wajahku .
Tahun itu, adikku 23 . Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota .
Berkali- kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk
datang dan tinggal bersama kami ,
tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan , sekali
meninggalkan dusun, mereka tidak
akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga ,mengatakan ,
"Kak , jagalah mertuamu aja . Saya akan
menjaga ibu dan ayah disini .
"Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai
manajer pada departemen
pemeliharaan. Tetapi adikku menolak
tawaran tersebut. Ia bersikeras
memulai bekerja sebagai pekerja
reparasi. Suatu hari, adikku diatas
sebuah tangga untuk memperbaiki
sebuah kabel ,ketika ia mendapat
sengatan listrik , dan masuk rumah
sakit. Suamiku dan aku pergi
menjenguknya . Melihat gips putih
pada kakinya , saya menggerutu ,
"Mengapa kamu menolak menjadi
manajer? Manajer tidak akan pernah
harus melakukan sesuatu yang
berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang , luka yang begitu serius .
Mengapa kamu tidak mau mendengar
kami sebelumnya?"Dengan tampang
yang serius pada wajahnya, ia
membela keputusannya ." Pikirkan kakak
ipar-- ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan . Jika
saya menjadi manajer seperti itu, berita
seperti apa yang akan menjadi buah
bibir orang?
"Mata suamiku dipenuhi air mata , dan
kemudian keluar kata- kataku yang
sepatah- sepatah: " Tapi kamu kurang
pendidikan juga karena aku !" Mengapa
membicarakan masa lalu ?"Adikku
menggenggam tanganku. Tahun itu, ia
berusia 26 dan aku 29 .
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia
menikahi seorang gadis petani dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya,
pembawa acara perayaan itu bertanya
kepadanya , " Siapa yang paling kamu
hormati dan kasihi?"Tanpa bahkan
berpikir ia menjawab, "Kakakku ." Ia
melanjutkan dengan menceritakan
kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat .
"Ketika saya pergi sekolah SD , ia
berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah
dan pulang ke rumah . Suatu hari, saya
kehilangan satu dari sarung
tanganku.Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya . Ia hanya memakai
satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika
kami tiba di rumah , tangannya begitu
gemetaran karena cuaca yang begitu
dingin sampai ia tidak dapat
memegang sumpitnya .Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih
hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya . "Tepuk tangan
membanjiri ruangan itu . Semua tamu
memalingkan perhatiannya
kepadaku.Kata -kata begitu susah
kuucapkan keluar bibirku, " Dalam
hidupku, orang yang paling aku
berterima kasih kepadanya adalah
adikku. "Dan dalam kesempatan yang
paling berbahagia ini, di depan
kerumunan perayaan ini, air mata
bercucuran turun dari wajahku seperti
sungai.
Selasa, 09 Agustus 2011
nightmare (kegalauan tengah malam)
ok, ntah kenapa tiba-tiba aja gue jadi galau kayak gini. Mungkin gara-gara gue liat status 'Alvin' yg menjadi caracter cowok di cerpen gue 'Dream' sama skuelnya 'Special Story'. Gue bener-bener berharap tuh status dia tunjukin buat gue. Gue yang mungkin dulu sempat mempunyai rasa lebih kw dia, walau mungkin rasa itu bukan cinta.
Tapi ga salah kan kalau gue menharapkan dia, walaupun gue sendiri g tau apakah gue cinta dia atau kagak...
ah, bener-bener galau nih. Tapi curhat di blog gini beneran nyenengin loh. Kan gu ga tau ad yang baca apa kagak. Kalau ga ada Alhamdulillah, kalau ada pun ga papa (kan gue ga tau, jadi ga perlu malu) hehehe
cukup, udah malem ikan bobok.. jam 1:20
Tapi ga salah kan kalau gue menharapkan dia, walaupun gue sendiri g tau apakah gue cinta dia atau kagak...
ah, bener-bener galau nih. Tapi curhat di blog gini beneran nyenengin loh. Kan gu ga tau ad yang baca apa kagak. Kalau ga ada Alhamdulillah, kalau ada pun ga papa (kan gue ga tau, jadi ga perlu malu) hehehe
cukup, udah malem ikan bobok.. jam 1:20
Minggu, 07 Agustus 2011
With Eka
Mmmm...
Eka, she is my friend who have complate name Eka Kurnianingsih. Hari ini gue duduk bareng dia hari ini. Komentar gue tentang dia, mmm... gimana ya, asik, rame, lucu, imut-imut. Lumayan lah, asik ga garing.
Ngapain aja ya gue sama dia hari ini?
-duduk bareng
-ngrumpi
tapi yang jadi keberuntungan gue adalah gue ga jadi duduk sama "You Know Who". dan itu semua karena jasa besar Eka. Hagz hagz
Ya udah itu aja dulu, gue mau pulang (masih di sekolah, di tengah jam Phisic)
Babay, Bandus udah nunggu nih
Eka, she is my friend who have complate name Eka Kurnianingsih. Hari ini gue duduk bareng dia hari ini. Komentar gue tentang dia, mmm... gimana ya, asik, rame, lucu, imut-imut. Lumayan lah, asik ga garing.
Ngapain aja ya gue sama dia hari ini?
-duduk bareng
-ngrumpi
tapi yang jadi keberuntungan gue adalah gue ga jadi duduk sama "You Know Who". dan itu semua karena jasa besar Eka. Hagz hagz
Ya udah itu aja dulu, gue mau pulang (masih di sekolah, di tengah jam Phisic)
Babay, Bandus udah nunggu nih
Rabu, 20 Juli 2011
nggak sadarkah kalian nyakitin hati gw?
waktu kalian butuh gw aja, kalian deketin gw. Sekarang apa? Giliran gw butuh, kalian g ada. Gw berhak marah, berhak nangis. Kalian tau gw selalu merasa sendiri. Walau gw ada di antara kalian, gw tetep ngerasa sendiru. Tapi sebisa mungkin gw senyum, gw berusaha biasa aja. gw ga mau kalian ikut mikir.
Apa kalian tau tiap kata yg kalian ucapkan itu nyakitin hati gw. Tapi kalian lihat kan gw malah ketawa bareng kalian.
Kalian ga tau hati gw sakit. Gw ngerasa ga nyaman dalam situasi seperti itu. Bayangin aja gimana rasanya lo ada dalam posisi gw.
Kadang kalian nganggep gw ada, tapi lain waktu kalian nganggep gw ga ada. Sakit banget.
Kata teteh sih mungkin itu semua cuma perasaan gw. Tapi tetep aja rasanya sakit. Sakit banget sendiri di antara tawa orang-orang yg jelas-jelas ada di sekitar kita.
Satu lagi. Gw jug tau diri. inget itu, gw juga tau diri. Gw sadar kalian ga mau bareng gw. Oke gw ikhlas ngejaih dari kalian. Gw juga sadar gw selalu ngrepotin kalian.
Gw udah capek jadi orang munafik. Ngebohongi perasaan gw sendiri. Harusnya gw jujur. tapi gw ga mau nyakitin kalian.
GUE CAPEK!!!!!!
waktu kalian butuh gw aja, kalian deketin gw. Sekarang apa? Giliran gw butuh, kalian g ada. Gw berhak marah, berhak nangis. Kalian tau gw selalu merasa sendiri. Walau gw ada di antara kalian, gw tetep ngerasa sendiru. Tapi sebisa mungkin gw senyum, gw berusaha biasa aja. gw ga mau kalian ikut mikir.
Apa kalian tau tiap kata yg kalian ucapkan itu nyakitin hati gw. Tapi kalian lihat kan gw malah ketawa bareng kalian.
Kalian ga tau hati gw sakit. Gw ngerasa ga nyaman dalam situasi seperti itu. Bayangin aja gimana rasanya lo ada dalam posisi gw.
Kadang kalian nganggep gw ada, tapi lain waktu kalian nganggep gw ga ada. Sakit banget.
Kata teteh sih mungkin itu semua cuma perasaan gw. Tapi tetep aja rasanya sakit. Sakit banget sendiri di antara tawa orang-orang yg jelas-jelas ada di sekitar kita.
Satu lagi. Gw jug tau diri. inget itu, gw juga tau diri. Gw sadar kalian ga mau bareng gw. Oke gw ikhlas ngejaih dari kalian. Gw juga sadar gw selalu ngrepotin kalian.
Gw udah capek jadi orang munafik. Ngebohongi perasaan gw sendiri. Harusnya gw jujur. tapi gw ga mau nyakitin kalian.
GUE CAPEK!!!!!!
Selasa, 28 Juni 2011
yep, ini postingan gj gue. Gue mau crita tentang sesrorang, yah semacam share pendapat gue tentang orang ini.
Setelah sekin lama gue kenal dia, gue baru bisa mengidentifikasi apa yaang ngebuat dia jadi *ehem* agak ga di sukai temen sekelasnya dan yang bikin dia agak kaya orang depresi. Ok ga usah babibu langsung aja ini pendapat gue tentang si Tami (nama disamarkan)
Dia itu kayaknya ngesok gitu, pilih pillih temen. Dia terlalu tetobsesi sama somethink like... mmm you know lah *gue ga bisa jelasinnya*. kayakny orangnya juga susah bergaul sama orang biasa (re: biasa di mata dia). Trus dia teralu membesr besarkan masalah, jadi gue ga heran kalo dia gampang frustasi.
Gue juga berasumsi kalau hidup dia itu sangat menyedihkan dengan berbagi 'penyakit' yang dia punya.
Tapi gue rasa walau kadang gue rada kesel sama dia (you know guw orangnya moody banget) karena kadang mood dia nyolotin mood gue kalo lagi ngobrol (re: gue galau, eh ternyata dia juga galau. gye happy, eh ternyata dia tetep galau, ikutan galau deh gue) gue bisa tetep happy dan nyambung kalau ngobrol sama dia. Maklum sifat sama kebiasaan kita sama hehew
Ok, udah cukup. (Gue lupa ga tidur lagi nih hahha, tau tau jam 4.30) asik kuga curcol disini hhhehe
bubay.. Ja ne
Setelah sekin lama gue kenal dia, gue baru bisa mengidentifikasi apa yaang ngebuat dia jadi *ehem* agak ga di sukai temen sekelasnya dan yang bikin dia agak kaya orang depresi. Ok ga usah babibu langsung aja ini pendapat gue tentang si Tami (nama disamarkan)
Dia itu kayaknya ngesok gitu, pilih pillih temen. Dia terlalu tetobsesi sama somethink like... mmm you know lah *gue ga bisa jelasinnya*. kayakny orangnya juga susah bergaul sama orang biasa (re: biasa di mata dia). Trus dia teralu membesr besarkan masalah, jadi gue ga heran kalo dia gampang frustasi.
Gue juga berasumsi kalau hidup dia itu sangat menyedihkan dengan berbagi 'penyakit' yang dia punya.
Tapi gue rasa walau kadang gue rada kesel sama dia (you know guw orangnya moody banget) karena kadang mood dia nyolotin mood gue kalo lagi ngobrol (re: gue galau, eh ternyata dia juga galau. gye happy, eh ternyata dia tetep galau, ikutan galau deh gue) gue bisa tetep happy dan nyambung kalau ngobrol sama dia. Maklum sifat sama kebiasaan kita sama hehew
Ok, udah cukup. (Gue lupa ga tidur lagi nih hahha, tau tau jam 4.30) asik kuga curcol disini hhhehe
bubay.. Ja ne
Rabu, 08 Juni 2011
Special Story (Sequel Dream)
Special Story
Angin malam ini terasa begitu dingin, tapi entah mengapa dapat memberikan kesejukan. Kini aku duduk di teras rumahku, memandangi bintang yang bertabur indah menemani bulan, berbagi cerita. Aku mendesah pelan, ketika tanpa sengaja ingatan tentang hari itu berputar di kepalaku, memenuhi pikiranku. Hari dimana kami dipertemukan kembali oleh waktu, setelah sekian lama.
-₪-
Entah mengapa malam itu aku bersemangat saat ibu mengajakku ke rumah nenek yang kebetulan bersebelahan dengan rumah tanteku. Entahlah, aku merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi hari ini. Tidak sampai 30 menit kami telah sampai. Saat memasuki pekarangan, aku melihat sebuah vespa kuning yang telah di modifikasi sedemikian rupa. Sepertinya aku sudah tidak asing lagi dengan kendaraan lawas itu. Saat aku melihat ke teras rumah tante, aku melihat sesosok lelaki berjamper abu-abu dengan tutup kepalanya yang ia kenakan.
‘Siapa ya?’ batinku penasaran. Tapi sepertinya rasa penasaranku itu harus ku tunda sejenak saat ibu mengajakku masuk ke rumah nenek terlebih dahulu. Saat aku asik memberi salam sambil sedikit berbincang dengan anggota keluargaku yang kebetulan malam itu semua sedang berkumpul, kakak sepupuku, anak tanteku yang katanya baru pulang dan masih mengenakan seragam pramuka mendatangiku, mengajakku ke teras rumah nenekku itu.
“Kenapa kak?”
“Itu, kamu ditunggu!”
“Hah? Ditunggu? Siapa?”
“Alvin.”
“What? Kak Alvin?” teriakku dalam hati. Alvin, kakak sepupuku yang juga merupakan cinta pertamaku. “Kok…” sebelum aku menyelesaikan kalimatku kakakku sudah menarikku ke teras rumahnya.
Lelaki berjemper abu-abu tadi menoleh saat kami mendatanginya. Dia melepas tutup kepalanya. Ku perhatikan wajahnya dalam-dalam. Dia tersenyum, senyum lembut yang selalu membawa kesejukan. Wajah tirus tapi memancarkan ketangguhan, hidung yang bisa dibilang lumayan mancung, bibir tipis yang selalu merekahkan senyum, semuanya masih sama seperti dulu.
“Hai..” sapanya
“Hai, udah lama?”
“Lumayan sih, nunggu kamu lama banget!” jawabnya yang sukses membuat pipiku memerah.
“Eh, kalian ngobrol duluan deh! Aku mau mandi.” Sela kakakku sambil mendorongku untuk duduk di kursi samping kak Davin duduk. Kesunyian tercipta diantara kami, sesekali aku melirik ke arahnya, dan tidak jarang pandangan kami bertemu. Tetapi hanya senyum kecil yang saling kami keluarkan.
“Kok diam?” Kak Alvin membuka pembicaraan
“Bingung!”
“Pegangan, atau balik aja bajunya.” Aku tertawa kecil mendengar ucapannya ini
“Apaan sih! Eh, kak tumben kesini?”
“Pengen ketemu kamu, udah lama nggak ketemu sih! Tapi aku Cuma bisa sebentar di sini.”
“Loh kok gitu?” kataku sambil sedikit menunduk menyembunyikan rona merah di pipiku
“Ada latihan basket.”
“Oh..”
Selanjutnya hanya permasalahan-permasalahan ringan yang kami bicarakan. Sambil sesekali diiringi ringtone hp, karena memang saat itu aku dan dia memang sedang senam jari. Aku yang saat itu sedang curhat nggak jelas bersama sahabatku Rizky Putri, dan dia entahlah dengan siapa aku tidak begitu mempermasalahkan hal itu. Keadaan ini berlangsung sampai kakakku datang mengagetkan kami dengan rambut basah yang masih berusaha dia keringkan dengan anduk. Dan tidak lama setelah itu kak Davin pamit pulang dengan alasan teman-temannya sudah menunggunya.
-₪-
Dan sekarang di sinilah aku, duduk sendirian di teras rumah sambil memperhatikan langit malam yang dihiasi bintang. Tenggelam dalam pemikiran-pemikiran randomku, sambil sesekali melakukan sedikit senam jari, membalas beberapa sms yang masuk ke HP ku. Sampai ayahku memanggilku dan menyuruhku untuk tidur.
Angin malam ini terasa begitu dingin, tapi entah mengapa dapat memberikan kesejukan. Kini aku duduk di teras rumahku, memandangi bintang yang bertabur indah menemani bulan, berbagi cerita. Aku mendesah pelan, ketika tanpa sengaja ingatan tentang hari itu berputar di kepalaku, memenuhi pikiranku. Hari dimana kami dipertemukan kembali oleh waktu, setelah sekian lama.
-₪-
Entah mengapa malam itu aku bersemangat saat ibu mengajakku ke rumah nenek yang kebetulan bersebelahan dengan rumah tanteku. Entahlah, aku merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi hari ini. Tidak sampai 30 menit kami telah sampai. Saat memasuki pekarangan, aku melihat sebuah vespa kuning yang telah di modifikasi sedemikian rupa. Sepertinya aku sudah tidak asing lagi dengan kendaraan lawas itu. Saat aku melihat ke teras rumah tante, aku melihat sesosok lelaki berjamper abu-abu dengan tutup kepalanya yang ia kenakan.
‘Siapa ya?’ batinku penasaran. Tapi sepertinya rasa penasaranku itu harus ku tunda sejenak saat ibu mengajakku masuk ke rumah nenek terlebih dahulu. Saat aku asik memberi salam sambil sedikit berbincang dengan anggota keluargaku yang kebetulan malam itu semua sedang berkumpul, kakak sepupuku, anak tanteku yang katanya baru pulang dan masih mengenakan seragam pramuka mendatangiku, mengajakku ke teras rumah nenekku itu.
“Kenapa kak?”
“Itu, kamu ditunggu!”
“Hah? Ditunggu? Siapa?”
“Alvin.”
“What? Kak Alvin?” teriakku dalam hati. Alvin, kakak sepupuku yang juga merupakan cinta pertamaku. “Kok…” sebelum aku menyelesaikan kalimatku kakakku sudah menarikku ke teras rumahnya.
Lelaki berjemper abu-abu tadi menoleh saat kami mendatanginya. Dia melepas tutup kepalanya. Ku perhatikan wajahnya dalam-dalam. Dia tersenyum, senyum lembut yang selalu membawa kesejukan. Wajah tirus tapi memancarkan ketangguhan, hidung yang bisa dibilang lumayan mancung, bibir tipis yang selalu merekahkan senyum, semuanya masih sama seperti dulu.
“Hai..” sapanya
“Hai, udah lama?”
“Lumayan sih, nunggu kamu lama banget!” jawabnya yang sukses membuat pipiku memerah.
“Eh, kalian ngobrol duluan deh! Aku mau mandi.” Sela kakakku sambil mendorongku untuk duduk di kursi samping kak Davin duduk. Kesunyian tercipta diantara kami, sesekali aku melirik ke arahnya, dan tidak jarang pandangan kami bertemu. Tetapi hanya senyum kecil yang saling kami keluarkan.
“Kok diam?” Kak Alvin membuka pembicaraan
“Bingung!”
“Pegangan, atau balik aja bajunya.” Aku tertawa kecil mendengar ucapannya ini
“Apaan sih! Eh, kak tumben kesini?”
“Pengen ketemu kamu, udah lama nggak ketemu sih! Tapi aku Cuma bisa sebentar di sini.”
“Loh kok gitu?” kataku sambil sedikit menunduk menyembunyikan rona merah di pipiku
“Ada latihan basket.”
“Oh..”
Selanjutnya hanya permasalahan-permasalahan ringan yang kami bicarakan. Sambil sesekali diiringi ringtone hp, karena memang saat itu aku dan dia memang sedang senam jari. Aku yang saat itu sedang curhat nggak jelas bersama sahabatku Rizky Putri, dan dia entahlah dengan siapa aku tidak begitu mempermasalahkan hal itu. Keadaan ini berlangsung sampai kakakku datang mengagetkan kami dengan rambut basah yang masih berusaha dia keringkan dengan anduk. Dan tidak lama setelah itu kak Davin pamit pulang dengan alasan teman-temannya sudah menunggunya.
-₪-
Dan sekarang di sinilah aku, duduk sendirian di teras rumah sambil memperhatikan langit malam yang dihiasi bintang. Tenggelam dalam pemikiran-pemikiran randomku, sambil sesekali melakukan sedikit senam jari, membalas beberapa sms yang masuk ke HP ku. Sampai ayahku memanggilku dan menyuruhku untuk tidur.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Blog List
Diberdayakan oleh Blogger.
