Gelap... bahkan surya pun belum bersiap untuk bangun dari peraduan.
Sosok dingin dan cuek ini berlari kecil menikmati udara pagi dengan gayanya yang cool. Tunggu, dia tak sendiri rupanya. Ada satu... dua.... empat orang yang ikut bersamanya. Dua laki-laki dan dua perempuan.
Sepertinya ada yang aneh dari salah satu anak perempuan ini, apa ya??
Tidakkah kalian perhatikan, dari tadi mata si cuek tak pernah lepas dari perempuan ini. Apa yang dia perhatikan?? Mimik wajahnya sungguh tidak terbaca.
Apa yang dia perhatikan?? Perempuan ini hanya memakai celana pendek selutut dan baju oblong, rambutnya tergelung sedikit berantakan, wajahnya? tidak, itu tidak terlihat menarik. Wajahnya biasa saja, tidak secantik perempuan berambut lurus indah di sampingnya, terkesan jauh malah.
Tapi lihatlah, hanya dengan memperhatikan perempuan itu senyum kecil pangsung mengembang dari bibir si cuek.
Ada apa ini?? Apakah dia sedang jatuh cinta?? Tidak mungkin. Mereka jauh berbeda. Bahkan mungkin dunia dudah gila kalu itu terjadi.
Tiba-tiba pandangan mereka bertemu saat sang perempuan menoleh. Lama... sangat lama, samapai mereka berhenti berlari. Beberapa saat kemudian senyum ikut terkembang dari bibir sang perempuan. Manis... senyumnya tidak seburuk yang kalian kira. Senyumnya lumayan manis.
Sepertinya waktu terhenti saat itu
TBC
Hwakakakakaka MALUUUUU...
Ada yang minat kalo ini dibuat cerbung??
RLC please
Jumat, 13 April 2012
PS. I Love You 1 (28 Maret pukul 21:51)
Akhirnya setelah hiatus beberapa tahun dari dunia tulis menulis, gue dateng membawa suatu project besar untuk masa depan..
This is it, check it out
Tangan itu menari dengan indah,
menggoreskan sebuah sketsa sederhana
Tak ada yang menyangka tangan kokoh itu
bisa bergerak dengan lihai menggabungkan
titik dengan garis membentuk obyek
istimewa
Diam, tenang, dan damai
Bibir kecil itu sesekali bergerak, memberikan
mimik misterius
Selesai....
Kini lembaran kosong itu telah dihuni oleh
sesosok gadis berambut ikal dikepang menyamping
Dia berlari
Masih dengan ciri khas "cool" yang telah
melekat pada dirinya
Memasuki lapangan basket yang telah
disulap menjadi lapangan futsal siang itu
Bergabung dengan sebayanya. Berlari
menggiring bola, mengoper, sambil sesekali
mencoba memasukkan si bundar ke gawang
-PS. I Love You-
hhahaha, lagi males belajar iseng nulis ini di
note. Maaf untuk yang nunggu Second to
Remember 6 (pd, padahal enggak ada yang
nunggu) belum bisa ngepost. Janji deh
nanti aku tamatin sekalian.
This is it, check it out
Tangan itu menari dengan indah,
menggoreskan sebuah sketsa sederhana
Tak ada yang menyangka tangan kokoh itu
bisa bergerak dengan lihai menggabungkan
titik dengan garis membentuk obyek
istimewa
Diam, tenang, dan damai
Bibir kecil itu sesekali bergerak, memberikan
mimik misterius
Selesai....
Kini lembaran kosong itu telah dihuni oleh
sesosok gadis berambut ikal dikepang menyamping
Dia berlari
Masih dengan ciri khas "cool" yang telah
melekat pada dirinya
Memasuki lapangan basket yang telah
disulap menjadi lapangan futsal siang itu
Bergabung dengan sebayanya. Berlari
menggiring bola, mengoper, sambil sesekali
mencoba memasukkan si bundar ke gawang
-PS. I Love You-
hhahaha, lagi males belajar iseng nulis ini di
note. Maaf untuk yang nunggu Second to
Remember 6 (pd, padahal enggak ada yang
nunggu) belum bisa ngepost. Janji deh
nanti aku tamatin sekalian.
Kamis, 19 Januari 2012
Senin, 10 Oktober 2011
galau again
oke galau lagi. Gue mau curhat nih, kalo ada yang baca bisa dong kasih saran lewat komen.
Gue pinya satu masalah besar. Bisa dibilang masalah ini masalah batin.
Gue tau banyak orang yang bilang kalo gue ini selalu ceria. Emang bener, gue selalu berusaha ceria di depan mereka, mencoba selalu tersenyum, selalu ad buat mereka. Tapi tanpa gue sadari di sisi lain gue ngerasa tertekan. Gue ngerasa jadi orang palibg munafik yang pernah ada.
Gue selalu ngandelin dua kata keramat, katayang paling gue benci. kata itu mungkin terdengar biasa, tapi buat gue itu menyakitkan. 'NGGAK APA-APA' ya, kata itu yang selalu jadi topeng kekecewaan gue, sakit gue, baik itu sakit fisik atau psikis.
Gue pengn banget jujur tebtabg perasaan gue. Kalau ga suka bilang ga suka, kalau maeah bilang marah, kecewa bilang kecewa, dll. Tapi kenapa sulit banget bagi gue untuk nglakuin hal itu.
pokokny gue pengen cepat pergi dari keadaan kayak gini.
Ada yang punya sokusi??
Gue pinya satu masalah besar. Bisa dibilang masalah ini masalah batin.
Gue tau banyak orang yang bilang kalo gue ini selalu ceria. Emang bener, gue selalu berusaha ceria di depan mereka, mencoba selalu tersenyum, selalu ad buat mereka. Tapi tanpa gue sadari di sisi lain gue ngerasa tertekan. Gue ngerasa jadi orang palibg munafik yang pernah ada.
Gue selalu ngandelin dua kata keramat, katayang paling gue benci. kata itu mungkin terdengar biasa, tapi buat gue itu menyakitkan. 'NGGAK APA-APA' ya, kata itu yang selalu jadi topeng kekecewaan gue, sakit gue, baik itu sakit fisik atau psikis.
Gue pengn banget jujur tebtabg perasaan gue. Kalau ga suka bilang ga suka, kalau maeah bilang marah, kecewa bilang kecewa, dll. Tapi kenapa sulit banget bagi gue untuk nglakuin hal itu.
pokokny gue pengen cepat pergi dari keadaan kayak gini.
Ada yang punya sokusi??
Selasa, 20 September 2011
Random Phisyk Time
Weis, lama ga ngeblog nih..
Tau nggak, hari ini bangku depan gue. yup, pasangan baru ISSAC NEWTON "Ryan Nurdianto VS Yuniar Safitri".
Lucu loh pacarannya. Gue aja ngiri, pengen pacaran kayak gitu. Tapi sayang si Ryan kurang romantis. Coba kalau lebih romantis, beh.. dijamin gue tambah ngiri.
Btw, Kak Pin tutup akun lagi. Knapa ya, tuh anak labil banget. Tapi kasian juga kalo inget curhat-curhat dia dulu *nih guru fisika curcol ya?*. Gue jadi kangen sama tuh anak. Bagaimana pun, dia kan asik diajak ngobrol.
Ngomongin Kak Pin ga akan enak kalo ga sekalian ngomongin Kak Uwi sama Kak Ra. "KAK RA GUE KANGEEEENNN!!!" *apa coba*. "KAK UWI< GUE MASIH MARAH SAMA LO". Jun 1000x lebih cakep daripada lo, inget itu.
WEs, cukup ngerandomin D'AVCOZ. now balik lagi ke "BANGKU DEPAN". Okke Yan, bagus.. lo mulai agresif. tapi kurang romantis *apa deh*.
Eh, eh, eh.. ngapain tuh "TETANGGA SEBELAH"? kasian nih guru Fisika. masak tuh tetangga sebelah malah ngePES -..-"
***
Sip, Agama kosong BI kososng..
udah ya, gue seneng" dulu :P
Tau nggak, hari ini bangku depan gue. yup, pasangan baru ISSAC NEWTON "Ryan Nurdianto VS Yuniar Safitri".
Lucu loh pacarannya. Gue aja ngiri, pengen pacaran kayak gitu. Tapi sayang si Ryan kurang romantis. Coba kalau lebih romantis, beh.. dijamin gue tambah ngiri.
Btw, Kak Pin tutup akun lagi. Knapa ya, tuh anak labil banget. Tapi kasian juga kalo inget curhat-curhat dia dulu *nih guru fisika curcol ya?*. Gue jadi kangen sama tuh anak. Bagaimana pun, dia kan asik diajak ngobrol.
Ngomongin Kak Pin ga akan enak kalo ga sekalian ngomongin Kak Uwi sama Kak Ra. "KAK RA GUE KANGEEEENNN!!!" *apa coba*. "KAK UWI< GUE MASIH MARAH SAMA LO". Jun 1000x lebih cakep daripada lo, inget itu.
WEs, cukup ngerandomin D'AVCOZ. now balik lagi ke "BANGKU DEPAN". Okke Yan, bagus.. lo mulai agresif. tapi kurang romantis *apa deh*.
Eh, eh, eh.. ngapain tuh "TETANGGA SEBELAH"? kasian nih guru Fisika. masak tuh tetangga sebelah malah ngePES -..-"
***
Sip, Agama kosong BI kososng..
udah ya, gue seneng" dulu :P
Senin, 22 Agustus 2011
Kakak dan Adik
Kakak dan Adik
Aku dilahirkan di sebuah dusun
pegunungan yang sangat terpencil .
Hari demi hari , orang tuaku membajak
tanah kering kuning , dan punggung
mereka menghadap ke langit . Aku
mempunyai seorang adik , tiga tahun
lebih muda dariku .
Suatu ketika, untuk membeli sebuah
sapu tangan yang mana semua gadis
di sekelilingku kelihatannya
membawanya , aku mencuri lima puluh
sen dari laci ayahku . Ayah segera
menyadarinya . Beliau membuat adikku
dan diriku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di
tangannya .
"Siapa yang mencuri uang itu ?" Beliau
bertanya .Aku terpaku, terlalu takut
untuk berbicara. Ayah tidak mendengar
siapa pun mengaku, jadi Beliau
mengatakan , " Baiklah , kalau begitu ,
kalian berdua layak dipukul!" Dia
mengangkat tongkat bambu itu tingi-
tinggi .Tiba- tiba, adikku mencengkeram
tangannya dan berkata, "Ayah , aku
yang melakukannya !
"Tongkat panjang itu menghantam
punggung adikku bertubi -tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai
Beliau kehabisan nafas . Sesudahnya,
Beliau duduk di atas ranjang batu bata
kami dan memarahi , " Kamu sudah
belajar mencuri dari rumah sekarang ,
hal memalukan apa lagi yang akan
kamu lakukan di masa mendatang? . ..
Kamu layak dipukul sampai mati!
Kamu pencuri tidak tahu malu !
"Malam itu , ibu dan aku memeluk
adikku dalam pelukan kami . Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak
menitikkan air mata setetes pun.Di
pertengahan malam itu , saya tiba-tiba
mulai menangis meraung -
raung.Adikku menutup mulutku
dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak , jangan menangis lagi sekarang .
Semuanya sudah terjadi." Aku masih
selalu membenci diriku karena tidak
memiliki cukup keberanian untuk maju
mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat , tapi
insiden tersebut masih kelihatan
seperti baru kemarin. Aku tidak pernah
akan lupa tampang adikku ketika ia
melindungiku. Waktu itu , adikku
berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika
adikku berada pada tahun terakhirnya
di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di
pusat kabupaten . Pada saat yang
sama , saya diterima untuk masuk ke
sebuah universitas propinsi . Malam itu ,
ayah berjongkok di
halaman ,menghisap rokok
tembakaunya, bungkus demi bungkus .
Saya mendengarnya merengut, " Kedua
anak kita memberikan hasil yang
begitu baik... hasil yang begitu
baik.. ."Ibu mengusap air matanya yang
mengalir dan menghela nafas , "Apa
gunanya ?Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus ?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke
hadapan ayah dan berkata, "Ayah ,saya
tidak mau melanjutkan sekolah lagi ,
telah cukup membaca banyak
buku ."Ayah mengayunkan tangannya
dan memukul adikku pada
wajahnya." Mengapa kau mempunyai
jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti
mengemis di jalanan , saya akan
menyekolahkan kamu berdua sampai
selesai!" Dan begitu kemudian ia
mengetuk setiap rumah di dusun itu
untuk meminjam uang . Aku
menjulurkan tanganku selembut yang
aku bisa ke muka adikku yang
membengkak, dan berkata, "Seorang
anak laki -laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan
pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini. "Aku, sebaliknya, telah
memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas .
Siapa sangka keesokan harinya,
sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan
beberapa helai pakaian lusuh dan
sedikit kacang yang sudah mengering .
Dia menyelinap ke samping ranjangku
dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku :"Kak , masuk ke universitas
tidaklah mudah . Saya akan pergi
mencari kerja dan mengirimkanmu
uang ."Aku memegang kertas tersebut
di atas tempat tidurku , dan menangis
dengan air mata bercucuran sampai
suaraku hilang .
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun . Aku
20.Dengan uang yang ayahku pinjam
dari seluruh dusun, dan uang yang
adikku hasilkan dari mengangkut
semen pada punggungnya di lokasi
konstruksi, aku akhirnya sampai ke
tahun ketiga (di universitas ) .
Suatu hari, aku sedang belajar di
kamarku , ketika teman sekamarku
masuk dan memberitahukan, " Ada
seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!" Mengapa
ada seorang penduduk dusun
mencariku ?Aku berjalan keluar, dan
melihat adikku dari jauh , seluruh
badannya kotor tertutup debu semen
dan pasir . Aku menanyakannya ,
"Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kamu adalah
adikku?"Dia menjawab , tersenyum ,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa
yang akan mereka pikir jika mereka
tahu saya adalah adikmu? Apa mereka
tidak akan menertawakanmu ? " Aku
merasa tersentuh, dan air mata
memenuhi mataku. Aku menyapu
debu -debu dari adikku semuanya, dan
tersekat-sekat dalam kata- kataku, "Aku
tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun
penampilanmu. ..
"Dari sakunya, ia mengeluarkan
sebuah jepit rambut berbentuk kupu -
kupu . Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan , "Saya melihat
semua gadis kota memakainya . Jadi
saya pikir kamu juga harus memiliki
satu." Aku tidak dapat menahan diri
lebih lama lagi . Aku menarik adikku ke
dalam pelukanku dan menangis dan
menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku
23.
Kali pertama aku membawa pacarku
ke rumah , kaca jendela yang pecah
telah diganti , dan kelihatan bersih di
mana-mana. Setelah pacarku pulang ,
aku menari seperti gadis kecil di depan
ibuku." Bu, ibu tidak perlu
menghabiskan begitu banyak waktu
untuk membersihkan rumah
kita !" Tetapi katanya, sambil tersenyum ,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal
untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada
tangannya ? Ia terluka ketika memasang
kaca jendela baru itu..
"Aku masuk ke dalam ruangan kecil
adikku. Melihat mukanya yang
kurus,seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan membalut
lukanya." Apakah itu sakit?" Aku
menanyakannya ." Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu , ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu- batu berjatuhan pada
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku bekerja dan ..." Di
tengah kalimat itu ia berhenti . Aku
membalikkan tubuhku
memunggunginya ,dan air mata
mengalir deras turun ke wajahku .
Tahun itu, adikku 23 . Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota .
Berkali- kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk
datang dan tinggal bersama kami ,
tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan , sekali
meninggalkan dusun, mereka tidak
akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga ,mengatakan ,
"Kak , jagalah mertuamu aja . Saya akan
menjaga ibu dan ayah disini .
"Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai
manajer pada departemen
pemeliharaan. Tetapi adikku menolak
tawaran tersebut. Ia bersikeras
memulai bekerja sebagai pekerja
reparasi. Suatu hari, adikku diatas
sebuah tangga untuk memperbaiki
sebuah kabel ,ketika ia mendapat
sengatan listrik , dan masuk rumah
sakit. Suamiku dan aku pergi
menjenguknya . Melihat gips putih
pada kakinya , saya menggerutu ,
"Mengapa kamu menolak menjadi
manajer? Manajer tidak akan pernah
harus melakukan sesuatu yang
berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang , luka yang begitu serius .
Mengapa kamu tidak mau mendengar
kami sebelumnya?"Dengan tampang
yang serius pada wajahnya, ia
membela keputusannya ." Pikirkan kakak
ipar-- ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan . Jika
saya menjadi manajer seperti itu, berita
seperti apa yang akan menjadi buah
bibir orang?
"Mata suamiku dipenuhi air mata , dan
kemudian keluar kata- kataku yang
sepatah- sepatah: " Tapi kamu kurang
pendidikan juga karena aku !" Mengapa
membicarakan masa lalu ?"Adikku
menggenggam tanganku. Tahun itu, ia
berusia 26 dan aku 29 .
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia
menikahi seorang gadis petani dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya,
pembawa acara perayaan itu bertanya
kepadanya , " Siapa yang paling kamu
hormati dan kasihi?"Tanpa bahkan
berpikir ia menjawab, "Kakakku ." Ia
melanjutkan dengan menceritakan
kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat .
"Ketika saya pergi sekolah SD , ia
berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah
dan pulang ke rumah . Suatu hari, saya
kehilangan satu dari sarung
tanganku.Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya . Ia hanya memakai
satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika
kami tiba di rumah , tangannya begitu
gemetaran karena cuaca yang begitu
dingin sampai ia tidak dapat
memegang sumpitnya .Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih
hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya . "Tepuk tangan
membanjiri ruangan itu . Semua tamu
memalingkan perhatiannya
kepadaku.Kata -kata begitu susah
kuucapkan keluar bibirku, " Dalam
hidupku, orang yang paling aku
berterima kasih kepadanya adalah
adikku. "Dan dalam kesempatan yang
paling berbahagia ini, di depan
kerumunan perayaan ini, air mata
bercucuran turun dari wajahku seperti
sungai.
Aku dilahirkan di sebuah dusun
pegunungan yang sangat terpencil .
Hari demi hari , orang tuaku membajak
tanah kering kuning , dan punggung
mereka menghadap ke langit . Aku
mempunyai seorang adik , tiga tahun
lebih muda dariku .
Suatu ketika, untuk membeli sebuah
sapu tangan yang mana semua gadis
di sekelilingku kelihatannya
membawanya , aku mencuri lima puluh
sen dari laci ayahku . Ayah segera
menyadarinya . Beliau membuat adikku
dan diriku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di
tangannya .
"Siapa yang mencuri uang itu ?" Beliau
bertanya .Aku terpaku, terlalu takut
untuk berbicara. Ayah tidak mendengar
siapa pun mengaku, jadi Beliau
mengatakan , " Baiklah , kalau begitu ,
kalian berdua layak dipukul!" Dia
mengangkat tongkat bambu itu tingi-
tinggi .Tiba- tiba, adikku mencengkeram
tangannya dan berkata, "Ayah , aku
yang melakukannya !
"Tongkat panjang itu menghantam
punggung adikku bertubi -tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus
menerus mencambukinya sampai
Beliau kehabisan nafas . Sesudahnya,
Beliau duduk di atas ranjang batu bata
kami dan memarahi , " Kamu sudah
belajar mencuri dari rumah sekarang ,
hal memalukan apa lagi yang akan
kamu lakukan di masa mendatang? . ..
Kamu layak dipukul sampai mati!
Kamu pencuri tidak tahu malu !
"Malam itu , ibu dan aku memeluk
adikku dalam pelukan kami . Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak
menitikkan air mata setetes pun.Di
pertengahan malam itu , saya tiba-tiba
mulai menangis meraung -
raung.Adikku menutup mulutku
dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak , jangan menangis lagi sekarang .
Semuanya sudah terjadi." Aku masih
selalu membenci diriku karena tidak
memiliki cukup keberanian untuk maju
mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat , tapi
insiden tersebut masih kelihatan
seperti baru kemarin. Aku tidak pernah
akan lupa tampang adikku ketika ia
melindungiku. Waktu itu , adikku
berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika
adikku berada pada tahun terakhirnya
di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di
pusat kabupaten . Pada saat yang
sama , saya diterima untuk masuk ke
sebuah universitas propinsi . Malam itu ,
ayah berjongkok di
halaman ,menghisap rokok
tembakaunya, bungkus demi bungkus .
Saya mendengarnya merengut, " Kedua
anak kita memberikan hasil yang
begitu baik... hasil yang begitu
baik.. ."Ibu mengusap air matanya yang
mengalir dan menghela nafas , "Apa
gunanya ?Bagaimana mungkin kita bisa
membiayai keduanya sekaligus ?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke
hadapan ayah dan berkata, "Ayah ,saya
tidak mau melanjutkan sekolah lagi ,
telah cukup membaca banyak
buku ."Ayah mengayunkan tangannya
dan memukul adikku pada
wajahnya." Mengapa kau mempunyai
jiwa yang begitu keparat lemahnya?
Bahkan jika berarti saya mesti
mengemis di jalanan , saya akan
menyekolahkan kamu berdua sampai
selesai!" Dan begitu kemudian ia
mengetuk setiap rumah di dusun itu
untuk meminjam uang . Aku
menjulurkan tanganku selembut yang
aku bisa ke muka adikku yang
membengkak, dan berkata, "Seorang
anak laki -laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan
pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini. "Aku, sebaliknya, telah
memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas .
Siapa sangka keesokan harinya,
sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan
beberapa helai pakaian lusuh dan
sedikit kacang yang sudah mengering .
Dia menyelinap ke samping ranjangku
dan meninggalkan secarik kertas di atas
bantalku :"Kak , masuk ke universitas
tidaklah mudah . Saya akan pergi
mencari kerja dan mengirimkanmu
uang ."Aku memegang kertas tersebut
di atas tempat tidurku , dan menangis
dengan air mata bercucuran sampai
suaraku hilang .
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun . Aku
20.Dengan uang yang ayahku pinjam
dari seluruh dusun, dan uang yang
adikku hasilkan dari mengangkut
semen pada punggungnya di lokasi
konstruksi, aku akhirnya sampai ke
tahun ketiga (di universitas ) .
Suatu hari, aku sedang belajar di
kamarku , ketika teman sekamarku
masuk dan memberitahukan, " Ada
seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!" Mengapa
ada seorang penduduk dusun
mencariku ?Aku berjalan keluar, dan
melihat adikku dari jauh , seluruh
badannya kotor tertutup debu semen
dan pasir . Aku menanyakannya ,
"Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kamu adalah
adikku?"Dia menjawab , tersenyum ,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa
yang akan mereka pikir jika mereka
tahu saya adalah adikmu? Apa mereka
tidak akan menertawakanmu ? " Aku
merasa tersentuh, dan air mata
memenuhi mataku. Aku menyapu
debu -debu dari adikku semuanya, dan
tersekat-sekat dalam kata- kataku, "Aku
tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun
penampilanmu. ..
"Dari sakunya, ia mengeluarkan
sebuah jepit rambut berbentuk kupu -
kupu . Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan , "Saya melihat
semua gadis kota memakainya . Jadi
saya pikir kamu juga harus memiliki
satu." Aku tidak dapat menahan diri
lebih lama lagi . Aku menarik adikku ke
dalam pelukanku dan menangis dan
menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku
23.
Kali pertama aku membawa pacarku
ke rumah , kaca jendela yang pecah
telah diganti , dan kelihatan bersih di
mana-mana. Setelah pacarku pulang ,
aku menari seperti gadis kecil di depan
ibuku." Bu, ibu tidak perlu
menghabiskan begitu banyak waktu
untuk membersihkan rumah
kita !" Tetapi katanya, sambil tersenyum ,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal
untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada
tangannya ? Ia terluka ketika memasang
kaca jendela baru itu..
"Aku masuk ke dalam ruangan kecil
adikku. Melihat mukanya yang
kurus,seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada
lukanya dan membalut
lukanya." Apakah itu sakit?" Aku
menanyakannya ." Tidak, tidak sakit.
Kamu tahu , ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu- batu berjatuhan pada
kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak
menghentikanku bekerja dan ..." Di
tengah kalimat itu ia berhenti . Aku
membalikkan tubuhku
memunggunginya ,dan air mata
mengalir deras turun ke wajahku .
Tahun itu, adikku 23 . Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota .
Berkali- kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk
datang dan tinggal bersama kami ,
tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan , sekali
meninggalkan dusun, mereka tidak
akan tahu harus mengerjakan apa.
Adikku tidak setuju juga ,mengatakan ,
"Kak , jagalah mertuamu aja . Saya akan
menjaga ibu dan ayah disini .
"Suamiku menjadi direktur pabriknya.
Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai
manajer pada departemen
pemeliharaan. Tetapi adikku menolak
tawaran tersebut. Ia bersikeras
memulai bekerja sebagai pekerja
reparasi. Suatu hari, adikku diatas
sebuah tangga untuk memperbaiki
sebuah kabel ,ketika ia mendapat
sengatan listrik , dan masuk rumah
sakit. Suamiku dan aku pergi
menjenguknya . Melihat gips putih
pada kakinya , saya menggerutu ,
"Mengapa kamu menolak menjadi
manajer? Manajer tidak akan pernah
harus melakukan sesuatu yang
berbahaya seperti ini. Lihat kamu
sekarang , luka yang begitu serius .
Mengapa kamu tidak mau mendengar
kami sebelumnya?"Dengan tampang
yang serius pada wajahnya, ia
membela keputusannya ." Pikirkan kakak
ipar-- ia baru saja jadi direktur, dan
saya hampir tidak berpendidikan . Jika
saya menjadi manajer seperti itu, berita
seperti apa yang akan menjadi buah
bibir orang?
"Mata suamiku dipenuhi air mata , dan
kemudian keluar kata- kataku yang
sepatah- sepatah: " Tapi kamu kurang
pendidikan juga karena aku !" Mengapa
membicarakan masa lalu ?"Adikku
menggenggam tanganku. Tahun itu, ia
berusia 26 dan aku 29 .
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia
menikahi seorang gadis petani dari
dusun itu. Dalam acara pernikahannya,
pembawa acara perayaan itu bertanya
kepadanya , " Siapa yang paling kamu
hormati dan kasihi?"Tanpa bahkan
berpikir ia menjawab, "Kakakku ." Ia
melanjutkan dengan menceritakan
kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat .
"Ketika saya pergi sekolah SD , ia
berada pada dusun yang berbeda.
Setiap hari kakakku dan saya berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah
dan pulang ke rumah . Suatu hari, saya
kehilangan satu dari sarung
tanganku.Kakakku memberikan satu
dari kepunyaannya . Ia hanya memakai
satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika
kami tiba di rumah , tangannya begitu
gemetaran karena cuaca yang begitu
dingin sampai ia tidak dapat
memegang sumpitnya .Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih
hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya . "Tepuk tangan
membanjiri ruangan itu . Semua tamu
memalingkan perhatiannya
kepadaku.Kata -kata begitu susah
kuucapkan keluar bibirku, " Dalam
hidupku, orang yang paling aku
berterima kasih kepadanya adalah
adikku. "Dan dalam kesempatan yang
paling berbahagia ini, di depan
kerumunan perayaan ini, air mata
bercucuran turun dari wajahku seperti
sungai.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Blog List
Diberdayakan oleh Blogger.
