Minggu, 13 Maret 2011

Second To Remember Part 2

Second To Remember Part 2

~Sivia POV~
Sudah dua minggu berlalu sejak kematian Alvia, dan sudah dua minggu pula Alvin menghindar dariku. Entah karena apa. Mungkin dia masih marah padaku karena aku nggak bisa menjaga Alvia. Aku udah Tanya ke Rio, Iel, Cakka yang notabene sohibnya Alvin. Malahan aku minta tolong Ify temenku skaligus pacarnya Rio, buat mengorek informasi tentang Alvin. Tapi yg dia dapet cuma info tentang Alvin yang memang akhir-akhir ini sering absen. Nggak biasanya tuh anak absen.

‘Capek banget’ batinku. Memang akhir-akhir ini aku pulang-pergi sekolah jalan kaki, nggak seperti biasanya, Alvin yang slalu mengantarku pake sepedanya. Akhir-akhir ini hubunganku dan Alvin memang merenggang. Setiap ku telfon nggak diangkat, ku sms nggak dibales, kucari ke kelasnya kata temen2 dia nggak masuk. Sampai akhirnya kuputuskan untuk ke rumahnya hari ini.

“Kak Tasya, Alvin ada?” tanyaku pada perempuan yang sedang menyirami bunga di depan rumah Alvin, ya dia adalah kakak Alvin. Dia tampak terkejut melihat kedatanganku.

“Al… Alvin lagi pergi, nggak tau kemana! Kamu ada pesen? Nanti kakak sampeikan kalau dia pulang!” katanya sedikit tergagab.

“Oh, yaudah kak, nggak apa-apa. Nanti aku telfon aja dia.” Ucapku kecewa. Pulang dengan tangan kosong lagi. ‘heuh’ aku mendesah pelan

Sampai di rumah aku langsung masuk kamar. Capek banget. Ku lihat jam di tanganku. “Jam satu nih, capek, tidur dulu ah!” aku tidur tanpa mengganti bajuku.

~Janie POV~

Selepas kepergian Sivia, Tasya segera menyelesaikan pekerjaannya. Dia bergegas masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju kamar yang terletak paling ujung. Dia membuka pintu pelan-pelan. Terlihat sesosok remaja, sepertinya sedang tidur. Didekatinya ranjang tempat remaja tadi. Dibelainya rambut cepak adik kesayangannya itu.

“Tadi Sivia kesini!” katanya halus. Mata yang tadinya terpejam itu mulai terbuka pelan. Tanpa mengubah posisinya menjadi duduk dia tersenyum.

“Trus kakak bilang apa sama dia?” suaranya parau

“Aku bilang kamu keluar, katanya dia mau nelfon kamu nanti.” Adiknya itu hanya tersenyum. “kenapa kamu nggak bilang terus terang sama Sivia? Kamu nggak kasian sama dia, Vin? Kamu ngegantung dia gitu, tanpa alasan lagi!” lanjutnya

“Kakakkan tahu alasanku ngelakuin ini.”

“Tapi Sivia nggak tahu Vin. Knapa kamu nggak kasih tahu dia.”

“Biarkan dia tahu sendiri.”

“Darimana dia tahu, kamu nggak ngijinin seorangpun ngasih tahu dia.” Kak Tasya mulai geram

“Udah ah, ini masalahku. Kakak keluar gih, aku mau tidur, ngantuk.” Kata Alvin sambil menaikkan slimutnya hingga leher.

“Ya udah, terserah kamu aja. Yang penting kakak udah berusaha ngingetin kamu.”
Tasya beranjak meninggalkan kamar itu. Sejenak dia berhenti sebelum menutup pintu, dia berbalik melihat adiknya yang sepertinya sudah lelap *kebo,cepetbenertidurnya*, meliahat wajah polos adek satu-satunya itu. Tanpa disadari gurat khawatir dari wajahnya muncul setiap melihat adiknya tidur seperti ini. Tak siap baginya untuk kehilangan wajah polos itu.

@Sivia’s House

“hoooaaaammm… jam berapa sih?” dirabanya meja kecil dekat tempat tidurrnya. Berusaha mencari jam yang terlatak disitu. Bodohnya dia, padahal dia juga tengah mengenakan jam di tangan sebelah kirinya. Akhirnya setelah meraba-raba tangannya menyentuh jam berbentuk stowbery miliknya. Dilihatnya baik-baik jarum panjang menunjuk angka 3 dan jarum pendek diantara angka 5 dan 6.

“Hah, jam setengah enam. Aduh kan gue tadi mau nelphon Alvin. Aduh belum mandi lagi, ganti baju aja belom. Gimana sih gue…” Sivia ngedumel nggak jelas, smabil beranjak dri pembaringannya. Dan segera menuju kamar mandi. Tubuhnya terasa sangat lengket.

Ten minutes after~

“Segernya. Telphon Alvin ah.”
Sivia meraih Iphone miliknya memencet beberapa digit nomor yang telah ia hafal diluar kepala. Tapi sebelum dia sempat memencet 4 digit terakhir, suara mamanya menghentikan aktivitas itu “Via, ayo turun. Makan malam sudah siap sayang.”

“Ya ma, bentar.” Teriaknya. ‘ntar aja deh, lagian pasti Alvin juga masih makan malam ini’ fikirnya. Diletakkannya iphone itu di atas meja, dan kemudian bergegas menuju meja makan.

Sampai di meja makan dia segera duduk, suasana sunyi meneyelimuti mereka. Memang sudah kebiasaan tidak ada yang berbicara saat makan. Setelah selesai menyantap makan malamnya Sivia hendak kembali ke kamar melanjutkan niatnya menelphon Alvin. Tapi niatnya dicegah oleh panggilan mamanya.

“Via, mau kemana? Ke sini dulu, nggak kangen sama mama sama papa? Nggak mau minta oleh-olehnya?” Panggil mama Via yang sudah berada di ruang keluarga bersama ayahnya. Ya orang tua Via memang baru pulang dari luar negeri, dan baru pulang tadi pagi. Jadi pantas kalau mereka merindukan gadis kecil mereka yang sudah 3 bulan tidak bertemu.
Dengan langkah gontai Sivia mendekati mereka.

“Kenapa sayang? Kamu ada masalah?” Via hanya diam sambil menunduk. “Masalah apa? Masalah Alvin?” Via tersentak

“Kok mama tahu?” mamanya hanya tersenyum.

“Sini dong duduk dekat mama, mamakan kangen!” Via duduk dekat mamanya, sementara papanya malah asik menonton TV, ntah apa acaranya.

“Via, apapun yang terjadi sama kamu dan Alvin, jangan sampai kamu membenci Alvin. Terus sayangi dia, kasih motifasi ke dia, kasih semangat. Jangan sampai kamu meninggalkan Alvin!” kata mamanya sambil membelai lembut rambut putrinya itu.

“Kenapa sih, mama kok aneh gini. Emang Alvin kenapa? Kan Alvin yang ngejauhin Via!” Via bingung banget sama mamanya. Kenapa kesannya mamanya khawatir banget sama Alvin.

“Nggak apa-apa kok. Alvin ngejauhin kamu pasti ada alasannya!”

“Iya ma, Via tau. Tapi apa alasan Alvin? Dia nggak ngasih penjelasan sama Via, Alvin malah ngejauhin Via akhir-akhir ini. Via jadi bingung sama Alvin. Apa Via ada salah sama dia?” matanya mulai berair, sepertinya sebentar lagi Via sudah tidak bisa membendung air mata yang selama beberapa hari ini berusaha keluar dari kantong air matanya.

“Sudah dong sayang, jangan nangis lagi. Mungkin Alvin belum siap crita sama kamu! Kamu harus sabar ngadepin Alvin. Mama yakin bentar lagi Alvin bakal crita. Kamu udah berusaha ke rumah Alvin?”

“Sudah ma, tadi pulang sekolah Via langsung kesana.”

“Trus, ketemu sama Alvinnya?”

“Nggak ketemu. Kata kak Tasya Alvin lagi keluar. Trus Via bilang nanti mau nelphon Alvin.”

“Sudah ditelfon belum?”

“Belum, hehehe..” Via nyengir

“Nah gitu dong, senyum. Ya udah sana, cepet telfon Alvinnya!”

“Siap Bos..” kata Via semangat. Kini dia bergegas ke kamarnya dan segera meraih Iphonenya. Kemudian mendial nomor Alvin.

Tuuut… tuuutt… tuttt….

“Halo..”

“Halo, Alvin??”

“Ya iyalah,e lo ngigo?” Via terlonjak senang setelah memastikan bahwa Alvinlah yang mengangkat telphonnya.

“Emm.. Vin, aku pengen ngomong sama kamu!” Via gugub, ‘kok Alvin pake gue elo ya sama gue, biasanya kan? Ah
udahlah ikutin aja’ batin Via

“Nah ini udahkan! Elo ngigo beneran ya?”

“Nggak kok, gue pengen ngomong penting. Nggak bisa lewat telfon, kita harus ketemu!”

“Yaudah, damana? Kapan?”

“Di taman aja gimana, sekalian ke makam Alvia? Kalo waktunya terserah kamu!”

“Yaudah, besok pulang sekolah di taman!”

“Ya udah Vin, love you..”

“…. Ya”

Klik “tuuuut, ttutuuut”

‘Alvin knapa sih? Kok cuek bebek gini. Biasanya aku yang nutup tefhonnya, lha ini? udah ah, sabodo. Blajar dulu.’

Semenit kemudia Via udah tenggelam bersama buku-buku tugas dan buku lainnya.







Huuuust, jangan ganggu Sivia dulu, dia lagi serius belajar noh…
jadi sampek sini dulu ya…



~TBC~

0 komentar:

Posting Komentar

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

 

Design by Amanda @ Blogger Buster